Latest Entries »

Perkampungan Pemuda

Catatan Kegiatan;
Memasuki hari kedua di Perkampungan Pemuda LPPDSDM BKPRMI Kota Makassar, para peserta yang berasal dari berbagai kecamatan yg ada d makassar cukup antusias mengikuti kegiatan walaupun pada malam harinya cukup kewalahan juga. Untuk diketahui, semalam tenda-tenda peserta terbang ditiup angin dan hujan keras, terpaksa sebagian dilarikan kerumah warga dan masjid serta sebagian lainnya tetap bertahan di tendanya.

Hari kedua ini, para peserta seperti telah melupakan kejadian semalam, krn terbuai asik dengan agenda hari ini. Panas, haus, belum mandi, serta mw BAB (hehehe) tidak menghalangi peserta untuk duduk ribut di tenda induk mendengarkan materi.

Demikian penyampaian kami, atas nama Ketua Panitia Perkampungan Pemuda LPPDSDM BKPRMI kota Makassar.

Ca’dika, 5 Maret 2011

#Doa

Allah, jangan jeda keagunganMu mengisi jiwaku; agar tenteram aku bersama kebenaranMu, agar takut aku khianati ayatMu. #Doa

Allah, jangan henti namaMu hadir dalam hatiku; jadikan ia selalu menggigil takut, mendecah harap, mendesir cinta. #Doa

Allah, jangan renggang kesantunanMu terjalin dalam tiap getar lisanku, hingga indah merasuk hati semua suara kebenaran. #Doa

Allah, jangan henti kehuluranMu mengalir bersama darahku, hingga syaithan tak kuasa menunggang-menjangkitinya. #Doa

Allah, jgn putus prhatianMu selama kami tak putus dlm pinta rahmatMu. Agar hati kami snantiasa tnang dlm kdekatanMu. Wahai pmilik hati ini. #Doa

Salim A. Fillah

Pernah ada masa di kala engkau begitu berharga
Menghapus pahit getir masalah yg menderap jiwa
Tambat hati nan terhibur riang menjadi hari-hari ku

Namun klimaks kisah itu tersambut
bulir penantian kini tumbuh, rasanya “Ah, surga masih jauh”
Rasa insyaf mendelik penuh di wajah wajah penantian ini, dan rasanya “Ah, surga masih jauh”
Penanda dosa yg menyejarah dalam lubuk hati memekik pelan dengan hati menjerit “Ah, surga masih jauh”
Karena penantian juga tidak lain pintu syaithan dalam mnggoda, sehingga keluh kesah lagi-lagi terucap dari jiwa jiwa yg tndus “AH, TERNYATA SURGA MASIH JAUH”

Aku bukan nya tidak sabar,
Hanya tidak ingin menunggu
Karena terkadang sebuah kemungkinan menjdi pintu godaan
yang menyebabkan penantian itu tidak lagi menjadi indah
Wahai orang yg kunantikan.

hadist (1)

“Ada 3 hal yg jika dimiliki ssorang maka iya akan dicintai oleh Allah dan akan dipnuhi rahmat-Nya serta Allah snantiasa memasukkanx dlm lingkungan hamba yg mndapat pemeliharaan oleh Allah yaitu:

1. Seseorang yg slalu bersyukur manakala mndapatkan Nikmat-Nya,

2. Seseorang yg mmpu mluapkan amarahnya tetapi justru memberi maaf atas kesalahan orang, dan

3. Seseorang yg apabila sdg marah dia mnghentikan marahnya.” (HR. Hakim)

Nabi SAW pernah bersabda :
“Berilah aku enam jaminan aku akan jamin kalian ke surga :
(1) Jujurlah manakala bicara,
(2) penuhilah jika kalian berjanji,
(3) tunaikan amanah jika kalian mendapat amanah,
(4) jagalah kemaluan kalian,
(5) tundukkan pandangan kalian dan
(6) jagalah tangan kalian”
(HR. Ahmad)

Jodoh tak kemana…

In The Name Of Allah, Most Gracious, Most Merciful..

Ali Bin Abi talib waktu itu ingin melamar Fatimah, putri nabi Muhammad SAW. Tapi karena dia tidak punya uang untuk membeli mahar, maka ia membatalkan niat itu. Ali segera berhijrah untuk bekerja dan mengumpulkan uang. Pada saat Ali sedang bekerja keras, ia mendengar kabar kalau Abu Bakar ternyata melamar Fatimah. Wah, gimana coba perasaan Ali, wanita yang sudah dia incer dilamar oleh seseorang yang ilmu agama nya lebih hebat dari dia. Kata Ali “Yaah, sudah keduluan, hiks..Sad”. Tapi Ali tetap bekerja dengan giat.

Lalu setelah beberapa lama Ali mendengar kabar kalau lamaran Abu Bakar kepada Fatimah ditolak. Ali kaget dan sedikit bergembira tentunya, hehee, kata Ali “waah, saya masih punya kesempatan nih, cihuy..”. Setelah mendengar kabar itu, Ali bekerja lebih giat lagi agar cepat mengumpulkan uang dan segera melamar Fatimah. Tapi tak lama setelah itu, Ali mendengar kabar kalo Umar Bin Khotob melamar Fatimah. Wah, sekali lagi Ali keduluan orang lain, gimana coba perasaanya? Langsung ciut.. Tapi ga berapa lama Ali mendengar kalau lamaran Umar bin Khotob ditolak. Wahaha, betapa senangnya Ali, mendengar kabar itu.

Tapi tak lama kesenangan itu kembali pudar Karena terdengar kabar lagi, ternyata Usman bin Affan melamar Fatimah. Huff, ini sudah yang ketiga kalinya, kata Ali “mungkin kali ini diterima. Coba Usman ga melamar Fatimah secepat ini, InsyaAllah ga lama lagi saya akan melamar Fatimah, tapi yasudahlah, apa mau dikata, dikata mau apa? Apa dikata mau?Surrender sudah keduluan,..”
Dan sekali lagi, ga berapa lama dari itu, kabar ditolaknya lamaran Usman bin Affan pun terdengar lagi, Wahaha, betapa bahagianya Ali. Semangat Ali untuk melamar Fatimah pun berkobar lagi, dan semangat itu didukung oleh teman2 Ali. Kata teman nya “Ayo Ali, lamar Fatimah sekarang, tunggu apa lagi?? kamu kan sudah bekerja keras selama ini, kamu juga sudah mengumpulkan harta dan cukup untuk membeli mahar. Ayooo, tunggu apa lagi??? Tunggu yang ke4 kalinya??? Ayo cepeeett!!!”

Dengan segera Ali memeberanikan diri untuk menghadap ke Nabi Muhammad dengan tujuan melamar Fatimah, dan kalian tau??? LAMARAN DITERIMA!!!

Oya, tambahan : ternyata memang dari dulu Fatimah sudah mempunyai perasaan dengan Ali dan menunggu Ali untuk melamarnya. Begitu juga dengan Ali, dari dulu dia juga sudah mempunyai perasaan dengan Fatimah,. Tapi mereka berdua sabar menyembunyikan perasaan itu sampai saat nya tiba, sampai saatnya ijab Kabul disahkan (jieeee). Wah..wah.. mereka hebat yaaa (harus kita contoh, teman-teman). Walaupun Ali sudah merasakan kekecewaan 3 kali keduluan orang lain, akhirnya kekecewaan itu terbayar juga.

Yup, sekali lagi, kata-kata ini pasti akan muncul dalam benak anda >>> “Jodoh memang tidak kemana”
Naah, dari cerita itu, lebih memperjelas lagi kan bahwa “Cinta itu, mengambil kesempatan , atau mempersilakan yang lain”

Sumber : http://heridoank.blogspot.com

Semuanya bermula dari Masjid

Masjid memiliki peran yang sangat besar dalam perkembangan dakwah Islam dan penyebaran syiar-syiar agama Islam. Di sanalah tempat didirikan sholat jama’ah dan berbagai kegiatan kaum muslimin. Seluruh manusia yang membawa perbaikan terhadap umat Islam ini, merupakan produk ‘jebolan pendidikan’ yang berawal mula dari masjid.
 
Keutamaan Masjid
 
Masjid merupakan sebaik-baik tempat di muka bumi ini. Di sanalah tempat peribadatan seorang hamba kepada Allah, memurnikan ibadahnya hanya untuk Allah semata. Dari sanalah titik pangkal penyebaran tauhid. Allah telah memuliakan masjid-masjid-Nya dengan tauhid. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah”. (QS. Al Jin: 18)
 
Tidak ada tempat yang lebih baik dari pada masjid Allah di muka bumi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tempat yang paling dicintai oleh Allah dalam suatu negeri adalah masjid-masjidnya dan tempat yang paling Allah benci adalah pasar-pasarnya.” (HR. Muslim)
 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam suatu ketika pernah ditanya, “Tempat apakah yang paling baik, dan tempat apakah yang paling buruk?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Aku tidak mengetahuinya, dan Aku bertanya kepada Jibril tentang pertanyaan tadi, dia pun tidak mengetahuinya. Dan Aku bertanya kepada Mikail dan diapun menjawab: Sebaik-baik tempat adalah masjid dan seburuk-buruk tempat adalah pasar”. (Shohih Ibnu Hibban)
 
Masjid adalah pasar akhirat, tempat bertransaksinya seorang hamba dengan Allah. Di mana Allah telah menawarkan balasan surga dan berbagai kenikmatan di dalamnya bagi mereka yang sukses dalam transaksinya dengan Allah.
 
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu mengatakan,“Masjid adalah rumah Allah di muka bumi, yang akan menyinari para penduduk langit, sebagaimana bintang-bintang di langit yang menyinari penduduk bumi”
 
Orang yang membangun masjid, ikhlas karena mengharap ganjaran dari Allah ta’ala akan mendapatkan ganjaran yang luar biasa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang membangun suatu masjid, ikhlas karena mengharap wajah Allah ta’ala, maka Allah ta’ala akan membangunkan rumah yang semisal di dalam surga.” (Muttafaqun’alaihi)
 
Masjid dan Dakwah Islam
 
Dahulu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hendak berjihad, berperang melawan orang-orang kafir, sebelum beliau menyerang suatu negeri, beliau mencari apakah ada kumandang suara adzan dari negeri tersebut atau tidak. Apabila beliau mendegar adzan maka beliau tidak jadi menyerang, namun bila tidak mendengar maka beliau akan menyerang negeri tersebut. (Muttafaqun ’alaihi)
 
Hal ini menunjukkan bahwa syiar-syiar agama yang nampak dari masjid-masjid kaum muslimin merupakan pembeda manakah negeri kaum muslimin dan manakah negeri orang-orang kafir. Adanya masjid dan makmurnya masjid tersebut dengan berbagai syiar agama Islam, semisal adzan, sholat jama’ah dan syiar lainnya, merupakan ciri bahwa negeri tersebut begeri kaum muslimin. (Lihat ‘Imaratul Masajid, Abdul Aziz Abdullah Al Humaidi, soft copy hal. 4)
 
Memakmurkan Masjid
 
Di antara ibadah yang sangat agung kepada Allah ta’ala adalah memakmurkan masjid Allah, yaitu dengan cara mengisinya dengan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bentuk memakmurkan masjid bisa pemakmuran secara lahir maupun batin. Secara batin, yaitu memakmurkan masjid dengan sholat jama’ah, tilawah Al quran, dzikir yang syar’i, belajar dan mengajarkan ilmu agama, kajian-kajian ilmu dan berbagai ibadah yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
 
Sedangkan pemakmuran masjid secara lahiriah, adalah menjaga fisik dan bangunan masjid, sehingga terhindar dari kotoran dan gangguan lainnya. Sebagaimana diceritakan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memerintahkan manusia untuk mendirikan bangunan masjid di perkampungan, kemudian memerintahkan untuk dibersihkan dan diberi wangi-wangian. (Shohih Ibnu Hibban, Syuaib Al Arnauth mengatakan sanad hadits tersebut shahih sesuai syarat Bukhari)
 
Sholat Berjama’ah di Masjid
 
Salah satu syiar agama Islam yang sangat nampak dari adanya masjid Allah, adalah ditegakkannya sholat lima waktu di dalamnya. Ini pun merupakan salah satu cara memakmurkan masjid Allah ta’ala. Syariat Islam telah menjanjikan pahala yang berlipat bagi mereka yang menghadiri sholat jama’ah di masjid. Di sisi lain syariat memberikan ancaman yang sangat keras bagi orang yang berpaling dari seruan sholat berjama’ah.
 
Suatu ketika, tatkala tiba waktu sholat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkeinginan meminta seseorang untuk mengimami manusia, kemudian beliau pergi bersama beberapa orang dengan membawa kayu bakar. Beliau berkeinginan membakar rumah orang-orang yang tidak menghadiri sholat jama’ah. Hal ini menunjukkan bahwa sholat jama’ah di masjid adalah wajib, karena ada hukuman bagi mereka yang meninggalkannya.
 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Shalat seseorang (di masjid dengan berjama’ah) itu dilebihkan dengan 25 derajat dari shalat yang dikerjakan di rumah dan di pasar. Sesungguhnya jika salah seorang di antara kalian berwudhu kemudian menyempurnakan wudhunya lalu mendatangi masjid, tak ada keinginan yang lain kecuali untuk shalat, maka tidaklah ia melangkah dengan satu langkah pun kecuali Allah mengangkatnya satu derajat, dan terhapus darinya satu kesalahan…”(Muttafaqun ‘alaihi, dari shahabat Abu Hurairah)
 
‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Barangsiapa yang ingin berjumpa dengan Allah kelak dalam keadaan muslim, maka hendaklah dia menjaga sholat lima waktu tatkala dia diseru (dengan adzan). Sesungguhnya Allah telah mensyariatkan sebuah sunnah yang agung, dan sholat berjamaah adalah diantara sunnah tersebut. Seandainya kalian sholat di rumah-rumah kalian, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang belakangan, maka sungguh kalian telah meninggalkan sunnah Nabi kalian. Jika kalian telah meninggalkan sunnah Nabi kalian, maka sungguh kalian telah berada dalam kesesatan.” (HR. Muslim)
 
Setelah nampak di hadapan kita khabar tentang pahala bagi orang yang menghadiri sholat jama’ah di masjid, dan ancaman bagi orang yang tidak menghadirinya, lantas masih adakah rasa berat di dalam hati kita untuk melangkah memenuhi seruan adzan? Allahul Muwaffiq.
 
Keutamaan Orang-orang yang Perhatian terhadap Masjid
 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, bahwa kelak di hari kiamat ada tujuh golongan manusia yang akan mendapatkan pertolongan  dari Allah ta’ala. Salah seorang di antaranya adalah para pecinta masjid. “Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapatkan naungan dari Allah, tatkala tidak ada naungan selain naungan-Nya… Seseorang yang hatinya senantiasa terkait dengan masjid…” (Muttafaqun ‘alaihi).
 
Ibnu Hajar rahimahullahu menjelaskan makna hadits tersebut, “Hadits ini menunjukkan bahwa orang tersebut hatinya senantiasa terkait dengan masjid meskipun jasadnya terpisah darinya. Hadits tersebut juga menunjukkan bahwa keterkaitan hati seseorang dengan masjid, disebabkan saking cintanya dirinya dengan masjid Allah ta’ala”. (Lihat Fathul Bari)
 
Lalai dengan Pemakmuran Masjid
 
Banyak di antara kaum muslimin, sangat semangat dalam mendirikan dan membangun masjid. Mereka berlomba-lomba menyumbangkan banyak harta untuk mendirikan bangunan masjid di berbagai tempat, setelah masjid berdiri pun tidak lupa untuk menghiasnya dengan hiasan yang bermegah-megahan. Namun setelah bangunan beserta hiasan berdiri tegak, justru mereka tidak memanfaatkan masjid tersebut untuk solat jama’ah dan ibadah lainnya. Mereka sangka sumbang sih mereka dengan harta dan modal dunia tersebut sudah mencukupinya.
 
Saudaraku, memakmurkan masjid tidak semata-mata makmur secara fisik, memakmurkan masjid yang hakiki adalah dengan ketaatan kepada Allah, yaitu dengan sholat jama’ah, tilawah Al quran, pengajian-pengajian ilmiah dan lain sebagainya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengkhabarkan bahwa hal yang demikian merupakan salah satu tanda datangnya hari kiamat, “Tidaklah tegak hari kiamat sampai ada manusia yang bermegah-megahan dalam membangun masjid” (HR. Abu Dawud, dinilai shohih oleh Syaikh Al Albani)
 
Imam Al Bukhari rahimahullahu berkata dalam kitab shahihnya, Anas berkata, “Orang-orang bermegah-megahan dalam membangun masjid, mereka tidak memakmurkan masjid tersebut melainkan hanya sedikit. Maka yang dimaksud dengan bermegah-megahan ialah bersungguh-sungguh dalam memperindah dan menghiasinya”.
 
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata , “Sungguh kalian akan memperindah dan menghiasi masjid sebagaimana orang-orang Yahudi dan Nasrani memperindah dan menghiasi tempat ibadah mereka”. (HR. Bukhari, Kitab Ash-Shalah, Bab Bunyanil Masajid)
 
Renungkanlah, Back to basic!
 
Terlampau banyak penjelasan yang memaparkan keutamaan masjid sebagai benteng utama kekuatan kaum muslimin. Telah terbukti secara nash dan realita. Perjalanan hidup para pendahulu kita telah membuktikannya. Bukankah seluruh para ulama yang membawa perbaikan terhadap agama Islam adalah para pecinta masjid. Imam Malik rahimahullahu mengatakan, “Tidak akan pernah baik generasi akhir umat ini kecuali dengan perkara-perkara yang dengannya telah menjadi baik generasi awal umat Islam (yaitu generasi sahabat)”
 
Maka apabila kita menghendaki kejayaan dan kemenangan kaum muslimin, maka hendaklah kita menempuh jalan yang ditempuh oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabat beliau radhiyallahu ‘anhum, yang mereka senantiasa perhatian terhadap masjid-masjid mereka, memakmurkan masjid-masjid Allah dengan ketaatan kepada-Nya. Mulialah dari masjid kita membangun umat ini, DARI MASJID KITA AKAN BANGKIT. Allahu A’laam bish showab.
 
Penulis: Hanif Nur Fauzi
 
Artikel http://www.muslim.or.id

Surat Permohonan Ke Rabbku

Ketika kumelangkah mendekati ruangan itu
Kudapati seorang wanita paruh baya terbaring lemah,
Terbujur lunglai tanpa semangat,
Terkapar rasa tak terdaya…

Oh sungguh,
Langkah pertama begitu berat
Mendekatinya tak bertanya
Hanya perasaan iba bercampur prihatin,
Seorang wanita sejati yang tertatap lemah olehku.

Oh sungguh,
Jikalau seandai Rabb ku mengizinkan,
Jikalau seandai nya ada tawar menawar menghiasi takdir hidup,
Kuingin menggantinya,
Merasakan sakit itu, menyerap rasa keluh itu,
Hingga dia mampu tersenyum
Menghidupkan semangatnya
Untuk kembali berjuang menjadikan Rumahnya Surganya.

Ya Allah
Sungguh ku-bersujud meminta,
Sungguh ku-bertafakkur memohon,
Sungguh ku-bertaqarrub mengadah,
Memelaskasihlah padanya, krn Engkaulah Ar-Rahim.
Dan kupohon tambahkanlah keyakinan prasangka baik ini padaMu,
Karena tak sekali pun kami ragu akan keilahianMu.

آمــــــــــــــــــين يا رب العالمين

Ku lukis pagi ini dgn sbuah Harapan..

Ku smbut sjuknya Angin yg brhembus dgn sBuah senyum…

Mentari tlh biaskan CAHAYA tuk ceriakan hari & Ku panjatkan doa tuk mengawali langkah kaki…

Met pagi moga hri ini m’jdi hri yg trindah utk mu sm sPrti indhx senyum mu. . .

Karena aku Mencintaimu

Wahai Ukhti…
Karena aku mencintaimu, maka aku ingin menjagamu
Karena aku mencintaimu, aku tak ingin terlalu dekat denganmu
Karena aku mencintaimu, aku tak ingin menyakitimu

Karena aku cinta padamu…
Tak akan kubiarkan cermin hatimu menjadi buram,
Tak akan kubiarkan telaga jiwamu menjadi keruh,
Tak akan kubiarkan perisai qolbumu menjadi retak, bahkan pecah.

Karena cinta ini…
Ku tak ingin mengusik ketentraman batinmu,
Ku tak ingin mempesonamu,
Ku tak ingin membuatmu simpati dan kagum,
Ataupun menaruh harap padaku.

Maka biarlah…
Aku bersikap tegas padamu,
Aku seolah acuh tak memperhatikanmu,
Aku bersikap dingin padamu,
Tidak mengapa engkau tidak menyukai aku,
Bahkan membenciku sekali pun, tidak masalah bagiku…
Semua itu karena aku mencintaimu,
Demi kemuliaanmu,
Demi keselamatanmu,
Demi kehormatanmu
Wahai ukhti…

  • Rasulullah SAW
  • Abu Bakar As-Shiddiq
  • Umar bin Khattab
  • Utsman bin Affan
  • Ali bin Abi Thalib
  • BANI UMAYYAH
    Muawiyah bin Sufyan
    Yazid bin Muawiyah (680-683 M)
    Muawiyah bin Yazid (683-684 M)
    Marwan bin Al-Hakam (684-685 M)
    Abdul Malik bin Marwan (685-705 M)
    Al-Walid bin Abdul Malik (705-715 M) —–> Ja’far ash-Shadiq
    Sulaiman bin Abdul Malik (715-717 M)
    Umar bin Abdul Azis (717-720 M)
    Yazid bin Abdul Malik (720-724 M)
    Hisyam bin Abdul Malik (724-743 M)
    Al-Walid bin Yazid (743-744 M)
    Yazid bin Walid bin Abdulmalik (6 bulan)
    Ibrahim bin Walid (744 M)
    Marwan bin Muhammad bin Marwan (744-750 M)
  • BANI ABBASIYAH
    Abu al-‘Abbas Abdullah bin Muhammad as-Saffah (750-754 M) —> Abdurrahman bin Muawiyah (Amir Andalusia 756-788 M)
    Abu Jafar Abdullah bin Muhammad Al Mansur (754-775 M)
    Muhammad bin Mansur al-Mahdi (775-785 M)
    Musa bin Al-Mahdi al-Hadi (785-786 M)
    Harun al-Rasyid (786-803 M)
    Muhammad bin Harun al-Amin (803-813 M)
    Al-Ma’mun ar-Rasyid (813-833 M)
    Abu Ishaq al-Mu’tasim bin Harun (833-842 M) Al-mu’tashim billah
    Watsiq bin Mu’tasim (842-847 M)
    Al-Mutawakkil (847-861 M)
    Al-Muntashir (861-862 M)
    Al-Musta’in (862-866 M)
    Al-Mu’tazz (866-869 M)
    Al-Muhtadi (869-870 M)
    Abul ‘Abbas Ahmad Al-Mu’tamid ‘Alallah (870-892 M)
    Al-Mu’tadhid Billah (892-902)
    Al-Muktafi (902-908 M)
    Al-Muqtadir (908-932 M)
    Al-Qahir Billah (932-934 M)
    Ar-Radhi Billah (934-940 M)
    Al-Muttaqi Billah (940-944 M)
    Al-Muthi’ Lillahi (944-974 M)
    Ath-Tha’i Lillah (974-991 M)
    Al-Qadir Billah (991-1031 M)
    Al-Qa’im Biamrillah (1031-1075 M)
    Al-Muqtadi (1075-1094 M)
    Al-Mustazhir (1094-1118 M)
    Al-Mustarsyid Billah (1118-1135 M)
    Ar-Rasyid Billah (1135-1136 M)
    Al-Muqtafi Liamrillah (1160-1170 M)
    Al-Mustanjid (1160-1170 M)
    Al-Mustadhi’ Liamrillah (1170-1180 M)
    An-Nashir Lidinillah (1180-1225 M) —> lahir Salahuddin Al-Ayyubi
    Azh-Zhahir Biamrillah (1225-1226 M)
    Al-Mustanshir (1226-1242 M)
    Al-Musta’shim Billah (1242-1258 M)
    Al-Mustanshir Billah (1258-1262 M)
    Al-Hakim (1262-1302 M)
    Al-Mustakfi I (1302-1340 M)
    Al-Wathiq I (1340-1341 M)
    Al-Hakim II (1341-1352 M)
    Al-Mu’tadid I (1352-1362 M)
    Al-Mutawakkil I (1362-1383 M)
    Al-Wathiq II (1383-1386 M)
    Al-Mu’tasim (1386-1389 M)
    Al-Mutawakkil I (kembali berkuasa) (1389-1406 M)
    Al-Musta’in (1406-1414 M)
    Al-Mu’tadid II (1414-1441 M)
    Al-Mustakfi II (1441-1451 M)
    Al-Qa’im (1451-1455 M)
    Al-Mustanjid (1455-1479 M)
    Al-Mutawakkil II (1479-1497 M)
    Al-Mustamsik (1497-1508 M)
    Muhammad al-Mutawakkil ‘Alallah III (1508-1517 M)
  • TURKI UTSMANI
    Selim I – 1512 – 1520 (secara aktif menggunakan gelar khalifah)
    Suleiman I (Suleiman yang Agung) – 1520 – 1566
    Selim II – 1566 – 1574
    Murad III – 1574 – 1595
    Mehmed (Muhammed) III – 1595 – 1603
    Ahmed I – 1603 – 1617
    Mustafa I (Pengangkatan Pertama) – 1617 – 1618
    Osman II – 1618 – 1622
    Mustafa I (Pengangkatan Kedua) – 1622 – 1623
    Murad IV – 1623 – 1640
    Ibrahim I – 1640 – 1648
    Mehmed (Muhammed) IV – 1648 – 1687
    Suleiman II – 1687 – 1691
    Ahmed II – 1691 – 1695
    Mustafa II – 1695 – 1703
    Ahmed III – 1703 – 1730
    Mahmud I – 1730 – 1754
    Osman III – 1754 – 1757
    Mustafa III – 1757 – 1774
    Abd-ul-Hamid I – 1774 – 1789
    Selim III – 1789 – 1807
    Mustafa IV – 1807 – 1808
    Mahmud II – 1808 – 1839
    Abd-ul-Mejid I – 1839 – 1861
    Abd-ul-Aziz – 1861 – 1876
    Murad V – 1876
    Abd-ul-Hamid II – 1876 – 1909 (aktif menggunakan gelar Khalifah)
  • Muhammad Risyad V (1909-1918 M)
    Muhammad Wahiddin (1918-1922 M)
    Abdul Majid II (1922-1924 M)